Akupun bergegas untuk mandi, karna wangi tubuh sudah sangat menyengat. Namun, tangisku pecah seketika saat pintu kamar mandi ku tutup. Ada rasa sesak di dada, dan aku hanya ingin menangis tanpa perduli alasan kenapa aku menangis.
Ada rasa sakit yang sulit diceritakan pada orang lain. Bahkan pada Tuhanku. Hanya bisa berkata "Betapa menyedihkannya diriku ini" rasa tertusuk dan hancur menghujam dalam dada.
Begitu leluasa aku menangis dan merintih tanpa ada yang mendengar dan melihat. Dalam ruangan itu hanya sendirian. Dan ku rasakan, inilah diriku dan beginilah aku. Tanpa perduli penilaian, tanpa peduli anggapan, tanpa peduli apapun. Di ruangan itu, aku bisa bebas mengekspresikan apapun yang aku mau.
Namun, aku sadar. Di balik pintu itu, aku harus kembali bersandiwara. Aku harus kembali menghadapi dunia. Menjalani hidup penuh pemikiran-pemikiran, melewati setiap cerita-cerita. Dan yang ku tahu. Dunia itu kejam.
Tak perduli aku menangis, dia terus berjalan tanpa menoleh. Tak perduli bagaimana hatiku kecewa, dia terus melewati ku tanpa sepatah kata. Aku berhenti, aku tertinggal. Dunia kejam padaku.
Seperti saat ini. Dia tak perduli bagaimana aku menyesal karna kesalahan yang ku lakukan. Hingga aku bahkan tak ingin memperdulikan diriku sendiri. Tapi dia tetap berjalan tanpa rasa iba. Setidaknya sayangi aku, sabari aku, atau peluk aku. Tapi dunia kejam. Aku bahkan ditinggal sendiri tanpa sepatah kata pun.
Dan malam itu, aku menangis di depan cermin. Sambil berkata "Aku hanya butuh cermin untuk melihat betapa menyedihkannya diriku". Sambil menangis terisak, air mata kian mengalir dengan derasnya.
Aku tak butuh ditanyai, aku tak butuh ditemani, aku tak butuh disayangi, aku tak butuh diperhatikan, dan saat ini aku tak membutuhkan seseorang, bukan seorang teman bukan juga seorang kekasih, bukan itu yang ku butuhkan.
Dunia ini sudah sangat kejam padaku.
0 comments:
Posting Komentar