Namaku Anisa Nur Rahma, orang memanggilku Anis. Aku adalah seorang mahasiswi semester 7 dan skripsi adalah kesibukan bagi mahasiswa akhir sepertiku. Selain itu, aku juga menggeluti dunia organisasi. Bagiku menjadi aktivis bukanlah sebuah hobi, melainkan sebuah panggilan hati untuk terus bergerak dan meninggalkan zona nyaman. Karena ketika tubuh terdiam, setan akan mudah bersarang dan membisikkan angan-angan dalam hati manusia. Untuk itu, bergerak dan melakukan kegiatan positif adalah keseharianku.
Tanpa terasa, sudah setahun aku berjalan dalam proses hijrah. Kesibukan demi kesibukan membuatku lupa rasa sakit karna ditinggal kekasih. Sejak hari perpisahan itu, aku tidak pernah mendengar kabarnya lagi. Bahkan aku juga tidak pernah bertemu dengannya lagi. Aku terus berjalan dan melangkahkan kaki, melewati hari demi hari tanpanya lagi.
Komitmen untuk sendiri di jalan Allah telah menjadi pilihan. Tanpa ragu, setiap sudut kehidupanku telah berganti. Waktu-waktu ku habiskan membaca buku-buku pelajaran, dan mendengarkan murottal dan kajian-kajian.
Seperti biasa, aktivitas rutinku pagi ini adalah mengaji bersama teman-teman pejuang hijrah.
"Anis" panggil murobbiku
"Saya kak" jawabku.
"Bagaimana kuliah kamu, Nis?" (Murobbi)
"Alhamdulillah kak, inshaa Allah tahun ini wisuda. Mohon doanya terus ya kak"(anis)
"Alhamdulillah. Apa rencana kamu setelah wisuda nanti? Apa sudah ad rencana untuk menikah?" (Murobbi)
"Inshaa Allah kak, saya akan fokus ke usaha saya. Tapi.. kakak kok bhas pernikhan sih?" (Anis)
"Loh, emang kenapa nis? Menikah itu sunah nis. Lebih menjaga mu dari kemaksiatan lohh. (Senyum)
Ada seorang ikhwan yg ingin menikah, tapi saat ini dia sedang mencari calon yang bersedia menikah dengannya. Apa anis bersedia?"
Tanpa terasa, sudah setahun aku berjalan dalam proses hijrah. Kesibukan demi kesibukan membuatku lupa rasa sakit karna ditinggal kekasih. Sejak hari perpisahan itu, aku tidak pernah mendengar kabarnya lagi. Bahkan aku juga tidak pernah bertemu dengannya lagi. Aku terus berjalan dan melangkahkan kaki, melewati hari demi hari tanpanya lagi.
Komitmen untuk sendiri di jalan Allah telah menjadi pilihan. Tanpa ragu, setiap sudut kehidupanku telah berganti. Waktu-waktu ku habiskan membaca buku-buku pelajaran, dan mendengarkan murottal dan kajian-kajian.
Seperti biasa, aktivitas rutinku pagi ini adalah mengaji bersama teman-teman pejuang hijrah.
"Anis" panggil murobbiku
"Saya kak" jawabku.
"Bagaimana kuliah kamu, Nis?" (Murobbi)
"Alhamdulillah kak, inshaa Allah tahun ini wisuda. Mohon doanya terus ya kak"(anis)
"Alhamdulillah. Apa rencana kamu setelah wisuda nanti? Apa sudah ad rencana untuk menikah?" (Murobbi)
"Inshaa Allah kak, saya akan fokus ke usaha saya. Tapi.. kakak kok bhas pernikhan sih?" (Anis)
"Loh, emang kenapa nis? Menikah itu sunah nis. Lebih menjaga mu dari kemaksiatan lohh. (Senyum)
Ada seorang ikhwan yg ingin menikah, tapi saat ini dia sedang mencari calon yang bersedia menikah dengannya. Apa anis bersedia?"
>>>judul ceritanya aja 'Jangan Ingatkan Aku dengan Perpisahan' jadi ceritanya stop sampai disini, bicara pasangan pasti teringat akan perpisahan<<<
0 comments:
Posting Komentar