Sudah hampir sebulan aku bertahan sejak perpisahan ku dengan Raka. Kebersamaan yang ku anggap akan berujung pada bahagia ternyata kandas di tengah jalan. Dengan penuh keyakinan, aku memutuskan untuk berpisah.
Berat, memang sangat berat yang ku rasakan. Namun untuk bertahan juga terlalu menyakitkan. Wanita mana yang tahan bila pasangannya masih memiliki rasa dengan mantannya. Dan akupun, memilih berpisah.
Setelah berpisah, untuk melewati satu hari 24 jam saja serasa sebulan lamanya. Waktu seakan melambat membuatku semakin merasakan sakit yang kian mendalam. Bagaimanapun juga, apapun yang terjadi dan segala yang ku rasa takkan mampu menghentikan waktu. Kenyataan tetap harus dihadapi dan kehidupan harus tetap ku jalani.
Hari demi hari berlalu, aku masih suka menangis dalam sendiri. Akupun tak mengerti entah apa alasanku untuk menangis. Logika ku menolak jika alasanku menangis adalah perpisahan, karna aku sendiri yang menginginkan perpisahan itu. Seharusnya aku bahagia dengan kesyukuran. Namun, aku menangis tersedu tanpa alasan. Ada rasa dalam dada yang tak mampu terungkapkan.
"Aku hanya ingin menangis"Ucapku dalam hati.
Hari ini aku bekerja seperti biasa. Anehnya, hari ini aku terus memikirkan Raka. Merasakan bahwa ia akan datang padaku.
"Oh Tuhan, tenangkan hatiku".
Aku berjalan keluar mencari udara segar. Dan tanpa terduga, di ujung jalan aku melihat Raka. Bergegas ku palingkan wajahku dan menghindari jalan yang akan ia lalui.
"Ya Tuhan, itu Raka" bisikku.
Anehnya, tubuhku tiba-tiba bergetar, dan kakiku seolah tak mampu untuk berjalan. Degup jantungku seakan tak bisa lagi terkendali. Aku seperti orang sakit seketika.
"Apakah Raka mencariku?" Tanyaku pada ibu.
"Iya. Dia menanyakan kabarmu". Jawab ibu.
Pertahanan yang sudah ku bangun dengan susah payah. Tak mungkin ku robohkan dengan sebegitu mudah.
Akupun tetap mengabaikannya. Hatiku masih terasa sakit akibat luka yang terlalu dalam. Karna keseriusanku tak mendapat balasan kebaikan.
Tuhan menjawab doaku. Dengan tidak mempertemukan dia denganku.
Rasanya memang tak adil bila hanya aku saja yang melihatnya.
Melihat dia baik-baik saja aku cukup bahagia.
"Baguslah, berarti ia tidak apa-apa tanpaku. Aku saja yang lebay menangis karna dia".
Semoga engkau bahagia.
0 comments:
Posting Komentar