Aku di Masa Lalu, Aku di Masa Kini dan Aku di Masa Sekarang

 

Aku di Masa Lalu, Aku di Masa Kini dan Aku di Masa Sekarang


 

Bismillah…

Perubahan demi perubahan terus ku rasakan dalam diriku, bahkan kebiasaan yang seperti mendarah daging, kini aku bisa menghilangkannya. Namun, ada hal yang tak bisa dipungkiri. Banyak perubahan yang kurasakan, banyak kebiasaan yang mulai tergantikan, ada juga kebiasaan yang masih berjalan sampai masa kini. Tidak semua kebiasaan bisa ku pertahankan, tidak semua kebiasaan bisa ku hilangkan. Yang menjadi permasalahan bagiku adalah, kebiasaan yang buruk.

Hari terus berjalan, aktivitas ku juga terus berjalan. Entah aku memilih bergerak, entah aku memilih berbicara, entah aku memilih untuk berdiam. Semua tetap berjalan, yang menjadi masalah adalah diriku. Semua pilihan, akan menjadi tanggungjawabku sendiri. Dan semua konsekuensi yang terjadi atas pilihanku, tidak perduli aku mau ataupun tidak, harus aku terima semuanya.

Ternyata, kebiasaan itu bukan faktor eksternal melainkan internal. Kebiasaan yang buruk terjadi karna diri sendiri yang memilih. Aku memilih untuk marah pada hal yang menyebalkan, aku yang memilih pergi saat situasi diluar kendali. Semua hal yang telah aku lakukan adalah pilihanku di masa lalu, di masa kini dan masa depan. Karna aku yang tidak bisa mengontrol diri, mengontrol setiap emosi, dan mengontrol setiap tindakan yang ku lakukan saat dihadapkan pada situasi dan kondisi tertentu yang membuatku harus mengambil keputusan yang tepat. Begitulah, aku dan pilihan di masa lalu.

Lalu waktupun kembali berlalu meninggalkan lembaran-lembaran penyesalan. Mencoba membangun kembali bangunan jiwa yang runtuh atas kecerobohan dan kebodohan diri. Dan disini, aku temui sisa diriku. Yang telah puas menghabiskan waktu dan peluang. “Begitulah masa muda” katanya. Tidak, bagiku itu hanyalah kebodohan. Bukan masalah usia muda lantas membiarkan diri bebas untuk menghabiskan waktu dengan kebodohan.

Kebiasaan mulai berganti dengan kebiasaan baru. Dari jarang mandi menjadi mandi teratur. Kegiatan mulai berganti dan bertambah. Dari banyak tidur menjadi tidur cukup. Impian satu-satu mulai terkabul lalu impian barupun makin tidak terhitung. Perlahan mulai menyadari tentang kematian yang pasti. Apa-apa yang ku miliki adalah bukan milikku. Namun, satu waktu aku bisa menjadi tiba-tiba lupa, seakan tidak memiliki Tuhan.

Kembali lagi aku menyadar, kembali lagi aku melupa. Begitu dan terus begitu, sampai situasi dan kondisi menutup semua celah ku untuk plin-plan. “Aku harus berubah” bisikku pada hati. Perlahan mulai menutup, menutup diri dari kilauan kesenangan semu. Perlahan mulai mundur, mundur dari perkumpulan yang melalaikan. Aku beranjak berdiri dari tempat dudukku yang telah panas. Aku bergerak perlahan, dengan bisik “Yang penting ada perubahan setiap hari”. Begitulah, sikap masa kini.

 

0 comments:

Posting Komentar