About Me

Ku fikir kau yang terakhir, ternyata kau adalah awal untukku bangkit lagi.

Seharusnya aku biasa saja tanpamu, karna sedari awal sebelum kedatanganmu aku terbiasa sendiri.

Tetiba saja aku merasa kehilangan, padahal tak ada satupun dari dirimu ku miliki.

Aku merindu, tapi gengsi ku lebih menggebu. Hingga aku harus menderita menahan tentangmu, aku harus bersabar melewati hari-hariku.

Aku menangis menahan sesak dalam dada. Karna kerinduan, keegoisan, kasih sayang, penyesalan, keinginan bersama, kesyukuran atas perpisahan, dan semua rasa itu menyatu dalam dadaku, rasanya sesak dan seolah akan meledak seketika.

Kadang, aku terdiam sejenak. Apakah kau mengingatku? Tapi jika tidak, baguslah. Dan aku hanya menyiksa diriku karna mengingat kenangan bodoh di masa lalu.

Silih berganti sosok lelaki datang menghampiri selalu tak ku hiraukan. Bodohnya aku, aku yang terlalu menggilaimu. Tak peduli lagi hamparan yang terbentang, aku hanya melihat ke arahmu. 

Dilihat Dari sudut manapun, semua salahku. Aku yg terlalu menggilaimu, dengan mudahnya membukakan pintu untukmu, membiarkan masuk dan tinggal, dan membiarkanmu untuk leluasa menyentuh dan mengobrak-abrik isi hatiku.

Jika diberi pilihan, aku tetap ingin bersamamu dalam kehalalan. Apapun dirimu, tak masalah. Asal itu adalah dirimu.

Bucin, mungkin. Aku lebih suka menyebutnya, belajar menerima kesederhanaan. Menerima apapun yang ditakdirkan untukku. 

0 comments:

Posting Komentar