Aku rasanya lelah dan tak ingin lagi.
Aku lelah dengan perasaan ku. Dan aku tak ingin lagi merasakan rasaku.
Sebenarnya bolehkah aku khawatir?
Tentang jodoh, misalnya.
Bolehkah aku khawatir dengan siapa aku akan menikah.
Siapakah jodohku kelak?
Bolehkah aku khawatir?
Bila dilihat saat ini, tanda2 kedatangannya sama sekali tak terlihat, apa karna belum waktunya? Aku sedikit jadi merasa sedih akan hal itu.
Melihat orang lain dengan pasangannya, aku tidak minder. Aku hanya merasa kasihan pada diriku sendiri, adakah yg ingin memiliki diriku yang hina ini? Aku sedikit merasa sedih.
Sebenarnya bolehkah aku khawatir?
Aku tidak pacaran lagi karna diputuskan dan ditinggal menikah oleh sang mantan. Sedih wajar, ya begitulah. Tapi, sejak saat itu.. aku putuskan untuk tidak pacaran. Dan Alhamdulillah benar tidak pacaran sampai sekarang.
Dengan tidak pacaran, sebenarnya bolehkah aku khawatir?
Aku tidak pacaran, dan berkomitmen untuk berpegang teguh pada janji Allah. Jodoh sudah diatur oleh Allah. Dan aku akan mendapatkan jodoh sesuai dengan diriku.
Tapi aku malu, aku selalu berbuat dosa, dosa lagi dan dosa terus. Salah, minta maaf pada Allah, salah lagi, mintaa maaf lagi. Aku malu dan aku menyesal. Tapi dilain waktu aku kembali lagi. Aku menyedihkan.
Lalu, dengan aku yang demikian. Bolehkah aku khawatir? Dengan pasangan ku kelak? Jika ia cermnan diriku, akankah seperti aku juga? Yang selalu berbuat salah? Bolehkah aku khawatir??
Rasul bilang..
Yang bisa mengubah takdir adalah doa.
Kalimat itu terngiang dalam fikiranku. Berarti, siapapun jodohnya, aku bisa mengubahnya dengan berdoa dengan meminta orang yang ku pilih untuk menjadi jodohku.
Tapi... Allah bilang, yg baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah.
Sebenarnya, bolehkah aku khawatir?
Jika ku ingat-ingat lagi.. lelaki yang pernah mendekatiku dan pernah menyatakan perasaannya padaku. Sekarang telah memiliki pasangannya masing-masing. Tinggal akulah seorang yang ditinggal. Bagaimana dengan aku?
Bolehkah aku khawatir??
0 comments:
Posting Komentar