BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM

Laa Ilaha Illa Anta Subhanaka Inni Kuntu Min Az-Zhalimin

SUBHANALLAH

I said to Allah, "I hate life", He replied, "Who asked you to love life? Just love Me and life will be beautiful."

ALHAMDULILLAH

Berhentilah mengkhawatirkan masa depan, syukurilah hari ini, dan hiduplah dengan sebaik-baiknya.

LAA ILAHA ILLALLAH

Kekecewaan itu lahir dari ketidakmengertian kita tentang keikhlasan.

ALLAHU AKBAR

Kematian itu pasti. Lantas, apa kabar iman mu?.

CERITA-CERITA

 Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Hai, apa kabar? 

Harusnya aku sih yang memberikan jawaban tentang kabar ya kan? karna memang aku yang menghilang beberapa  bulan ini, setengah tahun kayanya sudah ada. Januari, Februari, Maret, April, Mei dan sekarang udah bulan Juni.

Sebegitu sibukkah?

Mau dikatakan gimana ya, aku sudah memiliki peran, dan disetiap peran memiliki tanggung jawabnya juga. Sesekali aku juga mengeluh lalu melepaskan peran dan melupakan tanggung jawab. Tapi aku malah menyesal, lalu aku pun harus membayar dua kali lipat tanggung jawab yang sementara ku lepaskan. Begitu dan begitu terus. 

Bicara tentang kabar. Alhamdulillah. Kabarku sebenarnya tidak baik, tapi aku harus terlihat baik dan memang harus dibaik-baikkan saja. hahaaha. terdengar kejam bukan. Tapi memang seperti itu adanya. Bukankah hal baik memang harus dipaksa? Yups. 

Banyak hal yang terjadi selama ini, di setengah tahun 2023. Terkadang aku bahkan tak mengenali lagi diriku sendiri. 

Awal tahun ini, aku kehilangan. Kehilangan sosok sahabat sekaligus kakak. Dia menjadi inspirasi ku. Sosok yang menenangkan kala di pandang. Sosok yang membuat mataku terpaku dan berbinar saat memandangnya. Dia, membuatku merasakan kehilangan. Ya. di bulan Januari itu, aku bersedih. Dan ini sudah bulan ke-Enam, dia masih ku ingat dan doa adalah cara satu-satunya untuk membalas rindu ini. Terkadang, aku berifikir. Apakah dia disana mengingatku? sehingga aku disini juga mengingatnya? apa dia memanggil-manggil namaku dan berharap agar segera menyusulnya? seolah dia mengatakan bahwa disana dia telah bahagia dan tenang. Dan dia ingin aku juga segera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah, dan perbanyak amal shalih untuk menggapai ridho Allah agar dapat bersamanya disana? "Kak, kenapa saat begini aku selalu menangis mengingatmu? padahal dulu aku sering mengabaikan pesanmu.. maaf...."


MEMILIH DIAM PADA HAL-HAL YANG TAK PERLU DIUNGKAPKAN

Bercerita, 4/30
Beberapa hari ini waktuku banyak tersita oleh pekerjaan, pekerjaan yang mengharuskan ku berinteraksi dengan banyak orang. Bukan aku tak suka, hanya saja aku kurang pandai dalam membuka pembicaraan dalam hubungan, aku seperti memiliki alergi basa-basi, aku khawatir pembicaraan ku kurang nyaman bagi lawan bicaraku, dan hal itu  membuat ku hanya terdiam lalu suasanapun terasa kikuk. 

Tahun belakangan ini, aku lebih pendiam. Aku lebih memilih diam dari hal-hal yang tak perlu untuk diungkapkan, entah itu candaan receh bahkan hal-hal yang ku rasakan. Aku suka bercanda, tapi seketika yang ada dalam fikiranku "mengapa aku bisa tertawa terbahak-bahak saat aku belum ada jaminan masuk surga?" Coba, gimana gak mematung sekujur tubuh?. Dan tentang suasana hati. Aku lebih memilih memendam rasa. Harusnya, bisa saja aku menyampaikan hal-hal yang kurasakan pada orang lain, tapi yang ada dalam fikiranku "setiap orang lain memiliki permasalahan hidupnya sendiri, dan hanya kamu yang bisa memahami dirimu sendiri" ya akhirnya sampe besok-besok yaudah diam aja.

Aku seperti membangun dinding tinggi yang tidak bisa dilewati siapapun. Padahal, mungkin, tidak ada yang tertarik untuk melewatinya. Haha. Merasa gak nyaman, dan sedikit-dikit jadi kepikiran, ah, sudah jadi obat yang harus di telan 3 x sehari. Tetap saja, aku tak bisa menjadi orang lain, dan kehidupan ku tak bisa dibandingkan dengan kehidupan orang lain. #hbc23

Ada Bahu yang Dituju untuk Bersandar


Bercerita, 1/30

"Aku bahagia kok sendiri" kalimat yang selalu  ku nyatakan saat melihat pasangan bertabur di depan mata. Memang, sendiri juga memiliki kenikmatan tapi saat ada bahu yang bisa dituju untuk sandaran kurasa juga menyenangkan? Ada yang puk-puk saat menangis ku rasa menenangkan? Mungkin.

Diciptakan menjadi makhluk yang lemah dan tidak bisa hidup sendirian, itu tidak bisa dibantahkan. Namun di sisi lain, aku hanya bertahan bahwa tidak ada yang bisa memahami ku selain diri sendiri. Ntah karena belum menemukan orang yang tepat untuk dipercayai atau mungkin aku terlalu keras pada diri sendiri, ntahlah.

Aku belajar untuk mensyukuri setiap apa yang terjadi. Karena setiap kesedihan, kebahagiaan, kesulitan, rasa kecewa, apapun itu, masing-masing memiliki porsinya yang harus aku terima dan jalani, bukan? Ada bahu yang dituju untuk menjadi sandaran atau tidak sekalipun, waktu terus berjalan tanpa perduli aku siap atau tidak.

BATAS

Kesederhanaan yang kau miliki, menjadi alasanku jatuh hati
Kelembutan tutur kata, menyentuh ke dalam jiwa
Ketulusan yang kau berikan, serasa mengalir dalam setiap urat nadi

Aku dengan segala keterbatasanku
Yang tak mampu menahan membendung gejolak rasa ini
Yang selalu ku bawa ke dalam ruang mimpi
Sembari memeluk erat pilu hati

Aku juga tak mampu merubah rasa ke dalam bahasa
Agar kau mengerti pada satu kata yang berjuta makna
Yang membuatku berbisik pada semesta
Agar ia menyampaikan pesan padamu
Tentang emosi yang mengacaukan rasa

Percayalah, aku hanya rindu.. bukan untuk mengganggu
Tetaplah ditempatmu
Dan biarkan aku menarik diri perlahan
Menyelami kenyataan yang tak mampu ku patahkan

Kan ku peluk kesepian ini
Sebagai teman dalam mimpi panjangku
Dan bila ku terbangun
Ku harap keikhlasan telah menenuhi setiap ruang di dalam kalbu
Karna mendengarmu baik-baik saja, itupun sudah cukup untukku.

Yang Ku Sayangi

Aku memang payah, sebab melupakanmu, aku ingin menyerah
Ada ingatan-ingatan yang hilang, lalu tetiba ia ingin kembali
Menara rindu yang telah menjadi reruntuhan tua
Kini menyatu membentuk bangunan syahdu bersahaja

Aku meringkuk, mengajak tidur rindu senduku
Meninabobokkan rasa agar sejenak dapat melupa
Menyadari, kembang api kerinduan yang menyala, meletup-meledakkan rasa
Membuai keindahan dan ketenangan yang sesaat
Bila telah padam, duniapun kembali menghitam

Kala kecil aku selalu menyangkal saat mataku sembab karna tangis
Namun kini, tangis luka seakan kusayangi
Hingga aku menemukan waktu yang tepat untuk menangis
Saat sepertiga malam memanggil ku dengan lembut

Penantian


Aku masih disini, di peraduan masa lalu yang tak kunjung redam
Mengabadi bersama satu nama yang tak kunjung hilang
Bagai terpatri seakan tak ingin pudar dalam ingatan
Walau aku tergopoh berlari hingga nafasku terengah 
Namun, bayangmu masih melayang enggan mengenyah

Ku susuri asa yang penuh debu jalanan
Yang sesekali membuat mataku menangis karna sakitnya kelilipan
Aku meraba perlahan sembari melangkah ke depan
Mataku menahan tangis, hatiku perih meradang
Ntah karna sulitnya terlaluinya jalanan
Ntah karna hatiku yang dirundung kerinduan
Yang tak pernah ku temui persimpangan 
Sebagai pertanda akhir dari penantian

Mengakhiri yang Seharusnya Diakhiri

Tidak ada yang mengecewakanku, selain diriku sendiri
Tidak ada yang membuatku sedih, selain diriku sendiri
Tidak ada yang membuatku sulit, selain diriku sendiri