Pada ramadhan pertama di pagi itu tepat di hari Jumat, serasa mentari begitu cerah menyinari bumi. Seakan alampun menyambut kedatangan sang Ramadhan. Dan kurasakan suasana yang begitu hangat menyapa kulit dan mataku.
"Alhamdulillah, inilah ramadhan pertama" gumamku.
Sungguh, banyak yang ingin ku perbaiki dari ramadhan-ramadhan sebelumnya. Target-target yang belum tercapai di ramadhan dahulu, akan ku selesaikan pada ramadhan kali ini. Inshaa Allah.
Aku benar-benar merasa senang karna menahan lapar ini, ditambah aku tak sendiri lagi. Aku bersama orang-orang disekitar ku juga turut menahan lapar demi menjalankam perintah NYA.
Setelah menunaikam shalat shubuh, aki selalu berusaha agar tak tidur kembali. Dengan melakukan hal-hal apapun asal membuatku tak tidur lagi. Seperti bersih-bersih rumah membantu pekerjaan ibu.
Siang itu, aku berada di rumah saudara yang saat itu sedang berduka cita. Ku habiskan waktu berada disana dan melakukan apa yang bisa ku lakukan.
Dan hari itu, di hari ramadhan pertama ku dapati nasihat. Bahwa kematian adalah hal yang pasti, yang tak bisa kita tunda dan tak bisa kita percepat.
Dan akupun merenung,
"bila nafas ini terhenti dan semua nikmat dunia telah terputus, apa yang akan terjadi padaku?
Apa yang akan ku jawab pada Tuhanku?
Kemana aku akan pergi?
Bagaimana aku mempertanggungjawabkan kehidupanku?
Apakah aku begitu malang?
Aku tak ingin menyesal, aku tak ingin menyesal."
Melihat sekujur mayat yang tak lagi bernyawa dan tak lagi berdaya, aku justru meratapi diri ku sendiri yang belum bisa mensyukuri kehidupan.
Dan aku sadar, Tuhanku masih mengizinkan ku untuk bernafas, pertanda Tuhanku masih memberi waktu bagiku untuk bertaubat.
Sungguh, dan benar sungguh... aku ini hanyalah orang yang mendzolimi diriku sendiri...
Allahummagfirliii....
0 comments:
Posting Komentar