CERBUNG-HALAL DI UJUNG RINDU(Part 1)

 #HALAL_DI_UJUNG_RINDU


#PART_1


Leny Khan


Aku menyelipkan sebagian rambut panjangku ke belakang telinga ketika hembusan angin membuatnya beterbangan menutupi wajahku.


“Makanya...,kalau punya rambut panjang itu di ikat kek, di jalin kek, atau potong aja skalian biar nggak ngeribetin diri sendiri!” Celetukan khas lelaki itu selalu menyambutku di pagi hari. Aroma tubuhnya sangat familiar di indera penciuman.


Aku menoleh ke arah lelaki yang sudah mengambil duduk di sampingku dengan jarak 2 ubin saja. Ternyata dia tengah tersenyum ke arahku. Ya tuhan! Senyum itu! Senyum yang selalu bisa mengubah sendu menjadi rindu.


“Eh, Uda Yudi?” Segera ku palingkan mataku dari tatapan mata teduh itu. Tak sanggup membalasnya walau hanya sekejap.


“Uda udah lama buka tokonya?” Tanyaku sekedar basa basi menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba menghampiri.


“Baru setengah jam yang lalu. Kamu sendiri kenapa masih duduk disini? Bukannya buka toko malah ngejogrok disini, udah mulai rame tuh! Lupa ya kalau ini udah masuk musim liburan?”


“Hihihi...aku lupa bawa kunci Da. “ Sahutku sambil cengar cengir malu. “Ini lagi nungguin Uni Yasmin nganterin kuncinya.”


“Astaghfirullaah... masih kecil udah pelupa!” Uda Yudi mengacak rambutku gemas. Hingga aku terpaksa merapikannya kembali dengan jemariku sambil pura-pura cemberut.


“Uda masuk dulu ya, mau bantuin adik-adik dulu. Kasihan mereka kerepotan!” Ujarnya seraya bangkit dari tempat duduknya.


Aku hanya mengangguk sambil tersenyum mengiyakan.


Uda Yudi memang menganggapku seperti adiknya sendiri. Karena sejak dulu toko keluargaku dan keluarganya bersebelahan. Sejak keluarga kami sama-sama mulai merintis usaha disini. Jadi kami sudah saling mengenal sejak kecil. Jujur, sosok Uda Yudi adalah sosok lelaki idamanku. Di usianya yang memasuki 30 tahun dia terlihat sangat matang dan bersahaja. Meski usia kami hanya terpaut enam tahun, tapi ia selalu menganggapku anak kecil.


Aku suka cara dia tersenyum padaku. Senyum yang membuat detakan jantungku selalu tak beraturan jika melihatnya. Bahkan pernah hati ini berharap, bahwa suatu saat Uda Yudi yang akan menjadi penyempurna separuh agamaku. Tapi takdir berkata lain, Uda Yudi telah melabuhkan hatinya pada wanita lain. Wanita yang telah di pilihkan orang tuanya. Mereka baru saja menikah dua tahun yang lalu dan sudah di karuniai seorang anak perempuan yang kini berusia satu tahun.


‘Ah! Uni Vira, beruntungnya dirimu bisa di persunting lelaki seperti dia.’ Batinku sedikit terasa perih. Mengingat seorang perempuan bernama Vira yang telah berhasil merebut hati Uda Yudi meski melalui perjodohan. Tapi bisa kulihat betapa Uda Yudi sangat mencintai istrinya itu. Seorang wanita yang lemah lembut, berpendidikan tinggi,bekerja di sebuah Bank swasta ternama di kota ini.


Segera ku tepis lamunanku saat kulihat Uni Yasmin kakakku satu-satunya sudah menghentikan laju motornya di pinggir jalan. Segera ku susul dia. Takut kalau-kalau wanita yang sudah memiliki dua anak itu ngomel-ngomel nggak karuan karena kecerobohanku.


**


Uda Yudi kembali melangkah mendekatiku saat ia mendengar suara rolling pintu toko bergeser. Ia membantuku mendorongnya. Biasanya ada Meli karyawanku yang selalu membantuku, tapi dia sedang izin pulang kampung menjenguk orang tuanya yang sedang sakit.


“Ada yang perlu Uda bantu lagi Za?” tanyanya setelah pintu toko terbuka sempurna.


“Hmmm...kayaknya nggak ada deh Da, makasih banyak ya udah bantuin aku!”


“Aissssh...sok sungkan!” lagi-lagi tangannya mengacak rambutku. “Ya udah deh, Uda ke sebelah lagi ya!Kalau ada perlu apa-apa panggil aja Uda!”


Lagi-lagi aku hanya mengangguk mengiyakan. Mencoba menetralisir irama jantung yang kembali tak beraturan setelah tangannya menyentuh kepalaku.


“Zahra!” Aku dikejutkan kembali oleh suara lelaki itu. “Anak kecil dilarang bengong!” Ternyata dia memperhatikanku dari luar sampai aku tak sadar. Wajah pun terasa panas. Malu rasanya.


Aku mengacungkan tinjuku ke arahnya untuk menghilangkan rasa gugup. Tapi sukses membuat lelaki itu segera menghilang dari pandangan.


Dengan segera aku merapikan barang-barang di dalam toko. Karena sudah ada beberapa calon pembeli yang masuk. Aku tak mau kehilangan pundi-pundi rupiah akibat kelalaianku.


*


(Tulisan ini di dapat dari Grups ODOJ 2621)

0 comments:

Posting Komentar