ALLAH, SUDAH SEBERAPA JAUH AKU DENGAN-MU?

Akhir-akhir ini, begitu banyak rasa yg menguasai diriku. Hingga terkadang membuat ku lelah dengan rasa-rasa ini. Tiba-tiba saja, aku sering termenung bak memikirkan hal rumit. Padahal, rasanya tak pantas untuk meratapi apapun. Seolah tubuh dan fikiran bertindak sesuka hati tanpa peduli lagi.
Saat aku terduduk, tetiba mataku menatap kosong dan fikiranku mulai melayang memikirkan hal-hal yg terjadi atau memikirkan rencana-rencanaku yg tak pernah tersampaikan. Ntah mengapa, perubahan ini begitu terasa. Dan berkali-kali, aku menyadarkan diri dan berkata bahwa aku tak boleh membuat ini menjadi kebiasaan untukkku.

Aku merasa gelisah, tapi rasanya aku benar tak mengerti gerangan apa yg membuatku gelisah. Memang, akhir-akhir ini kerjaan ku di kantor cukup menguras tenaga dan fikiran, aku bisa pusing bila memikirkan kerjaan yg tak habis-habis itu. Tapi aku masih ragu bila itu menjadi alasanku gelisah.

Aku merasa sedih, tapi sebenarnya apa yg membuatku terasa begitu sedih. Aku bahkan tak mengerti. Apakah karna aku belum menikah di usia sekarang ini? Ah ku rasa bukan. Aku merasa memang belum pantas untuk menikah. Melihat sikapku yg belum bisa bangun tepat waktu, belum begitu mahir memasak, ilmu tentang pernikahan juga belum begitu mumpuni, bahkan aku jg belum pandai mengelola hatiku untuk beradabtasi dalam rumah tangga yg baru. Tidak, seharusnya aku tak bersedih melainkan bersyukur karna aku masih memiliki kesempatan belajar sebelum ada yg melamar.

Lantas apa yg ku sedihkan? Apa karna tak memiliki tabungan padahal sudah lama mendapat penghasilan. Hmmm. Pantaskah hal ini membuatku bersedih? Padahal aku tahu kok, bahwa harta adalah titipan. Lagi pula, penghasilan yg ku dapatkan untuk orang tua. Ku rasa itu bisa mengurangi sedikit beban mereka. Bukankah itu tugasku sebagai seorang anak? Tapi, malah yg menjadi pertanyaan. Apakah penghasilan ku tak berkah? Sudah lama mendapat penghasilan tapi seolah tak kelihatan? Ah lagi-lagi pertanyaanku terbantahkan. Bahwa mendapatkan penghasilan bukan berarti harus membeli barang-barang mewah. Cukup, ini tak pantas untuk disedihkan. Aku hanya harus belajar dalam memanajemen keuanganku.

Dan aku merasa khawatir. Lebih tepatnya aku mengkhawatirkan diri ku sendiri. Emosi yang tak stabil dan rasa yg campur baur. Apakah ini semua karna dosa-dosaku? Oh ini benar sangat mengkhawatirkanku. 

Sejak kapankah terakhir kali aku menyentuh lembaran kalam itu. Menghayati tiap-tiap kalimat, dan merenungi tiap-tiap kata-kata di lembaran itu. Rasanya sudah begitu lama sekali. Aku merindukannya.

Terbangun disepertiga malam dan langsung membasuh muka demi mendapatkan malam syahdu, dengan ketenangan malam. Aku mengadu dan tengadah dengan diri yg berserah. Memohon dan meminta. Penuh harap dalam setiap doa-doa yg ku panjatkan. Aku merindukannya.

Allah.. sudah seberapa jauh aku dengan MU?

0 comments:

Posting Komentar