CERBUNG JILID 3

*Aku Bukan Wanita Bodoh*

*Jilid.....3*


Setelah kejadian di rumah Karin Mas Amin makin menjauhiku. Setiap malam Mas Amin menghabiskan malamnya di rumah Karin. Setiap hari sehabis pulang kerja Mas Amin hanya pulang berganti baju kemudian pergi lagi ke rumah Karin dan akan kembali ke rumah keesokan harinya. Aku bagai tak ada di rumah ini. Setiap masakan yang ku suguhi tak pernah di sentuh sedikitpun . Aku begitu nelangsa. Ku habiskan malam-malam dengan bersujud pada-Nya. Berserah diri dan memohon petunjuk agar bisa menjalani hidup ini dengan tenang.

Tingg..bunyi notifikasi WA di gawaiku berbunyi. Dengan malas aku mengambil gawai dan perlahan jari ini memindai benda pipih tersebut.

Deg!!!
Kutahan air mataku biar tak tumpah di depan anak-anak. Aku bergegas masuk ke kamar. Menatap foto yang di kirim Karin untukku. Foto mesra layaknya suami istri terpampang di mata. Dua makhluk berlainan jenis kelamin yang tak tahu malu lagi berpose tanpa sehelai benangpun. Benar-benar sudah putus urat malunya wanita jalang itu. Selama ini aku diam saja dan itu makin membuatnya merasa di atas angin.

Sungguh kesabaranku habis. Kering sudah air mata. Takkan lagi ada air mata. Terlalu mahal air mata ini kalau hanya untuk menangisi lelaki biadab seperti Mas Amin.

Baiklah Karin dan kau Mas Amin kita lihat siapa yang akan menangis selanjutnya. Aku tersenyum kecut. Dasar bodoh, bisanya ngembat laki orang tanpa mikir kelanjutannya seperti apa. Apa dia lupa laki-laki yang di peluknya itu bukan warga   sipil yang bila ketahuan kedoknya hanya berakhir dengan jalan damai, apa dia tak paham resiko yang bakal di terima lelaki pujaannya itu jika nanti kedok mereka ketahuan komandan. Apa dia pikir uangnya bisa menyelesaiakn masalah. Baiklah Karin kalau uangmu jadi senjatamu, akan ku pakai uangmu juga untuk mengobati sakit yang kau torehkan di hati ini.

Dengan ringan aku melangkah ke lemari baju milik Mas Amin. Ku ambil koper besar yang bertengger di atas lemari. Tanpa beban aku membereskan semua baju dan barang-barang milik Mas Amin, semuanya sempurna masuk koper .

Tanpa membangunkan kedua anakku aku berjalan perlahan ke rumah Karin. Rumah bak istana itu di mataku seperti sebuah neraka baru buat Mas Amin .

Kupencet bel yang menggantung manis di depan rumah wanita pelakor itu. Tak butuh waktu lama si janda gatal itu muncul dengan busana yang minim bahan.

"Hai Karin suamiku mana" tanyaku santai sambil bersandar ke pilar rumahnya dengan kedua tangan melipat di dada. Karin yang melihatku terheran-heran, mungkin penampilanku hari ini di luar prediksinya. Sepertinya Karin berharap aku akan datang dengan tangisan dan air mata di tambah drama yang mendayu-dayu. Oh tidak Karin kalian berdua sudah membuatku menjelma jadi wanita bermental baja hmmmm.

"Ada apa Beb," suara dari dalam rumah sangat kukenal. Aku tersenyum manis.

"Ini Mas barang-barang kamu, biar kamu ga perlu capek bolak balik aku bantuin deh."
Tanpa menunggu jawaban dua manusia laknat itu aku segera berlalu, tapi kemudian  berbalik lagi, menatap dua makhluk yang masih mematung itu mungkin terpesona dengan ulahku barusan.

"Karin ambil deh laki-laki ini untukmu, besok malam aku ke sini lagi ya kita buat kesepakatan dan jangan coba-coba menghindar. Kamu Mas tunggu aku besok malam, tenang aja aku gak akan memintamu kembali.

Dengan melangkah pasti aku keluar dari rumah mewah itu, rumah yang membuat Mas Aminku lupa jalan pulang.

Malam itu aku selesaikan semua yang sudah ku rencanakan. Tak ada rasa sesal, aku mencoba berdamai dengan keadaan. Mas Amin hanya jadi milikku di atas kertas. Biarlah yang penting aku tak boleh terpuruk. Masih ada dua malaikat kecil yang membutuhkanku.

Malam ini aku boleh tidur dengan tenang. Semua sudah ku persiapkan. Besok pagi tujuanku hanya satu, rumah mertua.....

Bersambung...

.

0 comments:

Posting Komentar