DEMI MASA
Tatkala kita harus menerima pergolakan waktu dari
masa silam menuju masa depan yang lahir dari masa yang kini sedang kita jalani.
Apalah arti masa lalu! Masa lalu yang terasa begitu indah, yang bila dikenang
mampu membuat terkesima dalam alunan tawa dan senyuman, masa dimana manusia Berjaya,
masa dimana manusia dapat menjadi nahkoda bagi kehidupan. Masa lalumu yang
penuh dengan kepedihan yang terkadang membuat matamu berbinar dan hati penuh
keresahan, masa dimana manusia menuai kehancuran, masa dimana manusia mengalami
kemunduran. Apapun itu, “Apalah Arti
Masa Lalu! Karena kini ia telah menjadi semu, laksana mimpi yang menjadi
bunga tidur dalam kehidupan. Tapi, apakah benar masa lalu itu tiada berarti
sama sekali?
Indahnya waktu yang terkisah di masa lal, terkadang
membuat seseorang selalu menceritakan masa lalunya, pada akhirnya membuat
mereka merasa jumawa, mereka tidak pernah menyadari bahwa mungkin keindahan
yang mereka lewati tersebut merupakan salah satu ujian yang diberikan Allah SWT
dalam rupa kesenangan, pada akhirnya tidak sedikit dari mereka menjadi terlena
dalam buaian mimpi indah dari masa lalunya, hingga ketika mereka dihadapkan
kepada cobaan berupa kesulitan di masa yang akan datang, banyak di antara
mereka tidak siap dan tidak mampu untuk
melewatinya. Bago mereka “Apalah Arti Masa Lalu!”.
Perihnya hati yang terkisahkan di masa lalu,
terkadang membuat seseorang enggan untuk mengenang masa lalunya, sebagian dari
kita mungkin saja ada yang berupaya keras untuk menghapus setiap bait cerita
yang tersimpan di memori kehidupannya, seolah semua itu tiadalah pernah
terjadi. Barangkali di antara kita ada yang beranggapan, kesulitan demi
kesulitan yang selalu kita jumpai merupakan suatu bentuk penderitaan, hingga
ketika kemudahan itu datang menghampiri, hati ini terasa begitu senang tiada
kepalang, membuat kita menjadi lupa diri. Baginya
“Apalah Arti Masa Lalu!”.
Banyak manusia yang merasa hidup terhina di masa
lalunya ketika di dihadapkan kepada kesempitan cobaan, merasa mulia ketika di
masa lalunya dihadapkakn kepada suatu kelapangan dan kemudahan yang mereka
dapatkan, sehingga ketika di masa depan mereka dihadapkan pada suatu kondisi
yang bertolak belakang dengan keadaan sebelumnya, di antara mereka yang dulunya
merasa terhina dengan kesempitan kini merasa jumawa hingga lupa diri, ada juga
di antara mereka yang dahulunya merasa mulia dengan segalam kemudahan yang
didapatkannya, kini justru merasa terhina dengan segala kesempitan yang
menghampiri, mereka lupa bahwasannya Allah SWT bisa saja memuliakan diri
seseorang dengan segala kesempitan layaknya Nabi Ayyub AS dan Allah SWT bisa saja
menghina seseorang dengan segala kelebihannya laksana Fir’aun.
Allah SWT bisa memuliakan manusia dengan segala
kemudahan yang mereka dapatkan laksana Nabi Sulaiman AS dan Allah SWT juga bisa
menghinakan seseorang dengan segala kesempitannya bila Dia berkehendak, karena
sesungguhnya yang berhak untuk memiliki dan menenrukan seseorang tersebut mulia
atau tidaknya hanya Allah SWT.
Masa lalu memang tiada akan pernah menjadi berarti,
ia hanya akan menjadi mimpi-mimpi kosong di siang bolong tatkala kita tiada
mampu menjadikan masa lalu sebagai refleksi diri. Masa lalu tidak akan merasa
berarti ketika masa tersebut tidak membawa kita kepada suatu perwujudan rasa
syukut dalam setiap keadaan dari apa yang kini tengah kita jalani.
Masa lalu akan menjadi berarti ketika kita mampu
menjadikan segala seuatu yang telah kita lewati menjadi suatu pembelajaran bagi
diri yang kemudian akan membawa kita semakin mendekati ketaatan kepada Allah
SWT.
Bila kita pikirkan, sesungguhnya setia proses dalam
kehidupan yang telah kita lalui, ibaratkan cermin waktu yang disediakan untuk
kita berkaca diri. Mempersiapkan, mengubah, mengarahkan, memantaskan diri untuk
menjadi seseorang yang lebih baik di kehidupan yang akan datang.
Lihatlah film tentang diri kita, dimana kita adalah
pelaku utama dalam drama yang diskenariokan oleh Sang Pemilik Kehidupan. Meski
kita adalah pelaku utamanya tapi tidak serta merta kita mendapatkan kesempatan
yang sama dalam mengakhiri scenario kehidupan ini dengan cara yang baik seperti
pada umumnya film dan sinetron yang endingnya selalu menempatkan kebahagiaan
dan hari yang baik kepada pameran utamanya. Meskipun begitu pada hakekatnya
kita diberikan kesempatan untuk memilih bagaimana scenario hidup kita akan
berakhir bila kita mau bercermin terhadap segala sesuatu yang telah dilewati.
Lihatlah begitu banyak orang diantara kita yang pada
masa lalunya begitu jauh dari Allah SWT di akhir hayatnya dia justru dipanggil
Allah SWT dalam keadaan Khusnul Khotimah (baik di akhir) begitu juga sebaliknya
yang semula sangat dekat kepada-Nya di akhir hayatnya dia justru dipanggil
dalam keadaan Su’ul Khotimah (buruk di akhir) da nada jufa seseorang yang dari
semula baik hingga akhir hidupnya dia tetap menjadi baik, begitu juga
sebaliknya, ada orang yang dari semula hidupnya buruk hingga akhir hayatnya dia
tetap dalam keadaan seperti itu. Pertanyaannya, bagaimana dengan kita?
Bila kita perhatikan dengan seksama, dalam menjalani
kehidupan di dunia ini, makan akan kita temukan sesungguhnya waktu yang kita
lalui di dunia ini terbagi dalam tiga masa, diantaranya:
Masa Lalu. Masa ini adalah masa yang telah kita lewati, masa
dimana kita tidak akan bisa kembali lagi meskipun barangkali sesaat. Masa inilah
yang dikatakan sebagai cermin untuk kehidupan kita saat sekarang ini dan yang
akan datang, sebab masa ini adalah masa akan memberikan kita suatu hikmah di
masa yang akan datang, pembelajaran yang tidak akan kita dapatkan dari orang
lain, karena hanya diri kira sendiri yang akan bisa melihat dan mampu
memahaminya, akan tetapi hikmah tersebut hanya akan muncul ketika kita
menggunakan masa ini sebagai cermin diri atas atas setiap dan apa yang telah
kita lewati dengan suatu keinginan yaitu “Agar
Kita mejadi Lebih Baik” dengan melakukan evaluasi setiap wajah dari
perbuatan-perbuatan kita di masa ini (masa lalu) kita akan mampu melihat siapa
diri kita? Seperti apakah diri kira? Dan mau kemana akan kita arahkan diri
kira? Dan seterusnya.
Masa Kini. Masa ini adalah masa yang kini tengah kita jalani,
masa yang bisa kita nikmati, masa dimana Anda sedang membaca tulisn ini. Masa ini
adalah tempat bgai kita untuk bercermin, memandangi setiap lekukan perilaku dan
perbuatan yang selama ini menjadi wajah dalam keseharian kita. Bila kita merasa
selama ini kita telah berbuat baik, alangkah akan semakin eloknya rupa kita di masa yang akan datang, jika pada masa ini
kita justru semakin menyibukkan diri kit untuk menjadi seseorang yang lebih
baik lagi. Bila pada masa ini kita menyadari bahwasannya begitu buruknya rupa
kita dalam menjalani kehidupan di masa lalu, maka pada masa ini jugalah satu-satunya
kesempatan bagi kita untuk kembali menata dan mendandani setiap bercak-bercak
noda perbuatan masa lalu yang kini menempel di wajah mita, karena pada masa
inilah pilihan itu diperuntukkan di tangan kita, tetap dalam kehidupan yang
buruk atau justru akan semakin bertambah buruk di masa yang akan datang atau
mengubah arah kehidupan ini sehingga di masa yang akan datang kita tidak
menjadi bagian dari orang-orang yang merugi dalam menjalani kehidupan.
Masa Depan. Masa ini adalah masa yang akan datang, dimana masa
ini tidak seorangpun akan mampu mengetahuinya. Masa ini adalah masa dimana kita
akan melihat hasil dari segala perbuatan yang kita lakukan di masa lalu dan
masa yang kini tengah kita jalani. Masa yang akan kita lewati dalam kehidupan
yang selanjutnya, sedetik, sepuluh detik, satu jam, sehari, seminggu,setahun
hingga mungkin ratusan tahun ke depan. Semoga kelak kita termasuk ke dalam
golongan orang-orang yang beruntung, amiinn.
Dalam salah satu riwayat Rasulullah SAW bersabda
bahwasannya kita hidup di dunia ini laksana seorang pengembara yang tengah
melakukan perjalanan. Dengan demikian masa lalu juga bisa kita artikan sebagai
suatu perjalanan yang telah kita lewati, sedangkan masa sekarang ini adalah
jalan yang tengah kita lalui dan masa depan adalah jalan yang kelak akan kita
lalui. Maka dari sini dapat kita lihat ada suatu titik masa, dimana masa
tersebut menjadi suatu penghubung bagi kita antara masa yang telah kita lalui
dengan masa yang belum kita lalui, yaitu masa yang kini tengah kita jalani.
Masa yang kini tengah kita jalani memiliki peranan
yang sangat penting bagi setiap masa yang kita lalui, masa ini sangat
menentukan apakah masa lalu yang kita jalani akan menjadi berarti atau sia-sia
belaka di masa yang akan datan, masa ini laksana suatu persimpangan yang kita
temukan di suatu perjalanan yang kita mulai, dimana kita akan dihadapkan kepada
dua pilihan dalam mencapai suatu tujuan kehidupan.
“dan Kami telah menunjukkan
kepadanya dua jalan.” (QS. AL-Balad:10)
“maka Allah mengilhamkan kepada
jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”
(QS.A-sy Syams:8)
Laksana orang yang sedang bepergianm mereka yang
beruntung adalah mereka yang mampu melewati setiap rintangan yang kini tengan
mereka lalui hingga kelak bisa mencapai tujuannya dengan selamat. Namun kebanyakan
diantara kita saat ini, ketika menemukan suatu persimpangan (dua jalan atau
pilihan) di jalan yang tengah kita arungi, kita malah cenderung menuju ke arah jalan
yang salah. Hingga membuat kita melewati suatu perjalanan yang memiliki tujuan
yang tidak jelas, disebabkan persimpangan-persimpangan dan rambu-rambu jalanan
yang kita temukan telah membuat kita bingung dan penuh dengan keraguan.
Kita yang berada dalam kebingungan dan keraguan
dalam menentukan suatu pilihan laksana orang yang bepergian tapi tidak memiliki
gambaran yang jelas mengenai halan yang akan kita tempuh, bahkan sebagian dari
kita ada yan tidak mengetahui untuk apa kita melakukan perjalanan, dan ke mana
kita akan singgah serta mengakhiri perjalanan yang telah kita lakukan. Hasilnya,
jika diibaratkan batu karang, kita adalah karang yang rapuh yang bisa runtuh
dengan satu kali terjangan ombak, bukan karang yang mampu menahan erosi. Jika diibaratkan
sang rembulan, kita adalah purnama yang pudar karena ditutupi kabut dan awan
yang gelap, bukan bulan yang memberikan penerangan di tengah kegelapan. Jika diibaratkan
bintang,kita adalah bintang yang cahayanya tertutup oleh lapisan-lapisan
langit, bukan bintang yang berkelip indah sebagai petunjuk arah ketika langkah
terhenti dalam kebimbangan.
Setiap manusia pasti menginginkan kehdiupan yang
lebih baik untuk masa depannya, atas dasar inilah kenapa dalam menjalani
kehidupan disaat sekarang ini, kita berusaha dan berjuang dengan mengerahkan
segala daya dan upaya yang kita miliki. Ibarat orang yang bercermin yang
kemudian dia berdandan tentunya dikarenakan dia ingin terlihat lebih elok dan
rupawan. Ibarat orang yang akan melakukan suatu perjalanan kemudian
mempersiapkan bekal, melihat peta dan mempelajari medan yang akan ditempuhnya,
tentu dikarenakan dia ingin selamat dan mudah dalam melalui setiap jalan yang
akan ditempuhnya. Akan tetapi saat kita ingin berdandan, tentunya tidak bisa
sembarangan menaburkan bedak ke wajah dan menggoreskan celak di mata kita bila
kita menginginkan hasil dandanan tersebut membuat wajah kita terlihat semakin
elok dan rupawan, begitu juga saat kita ingin melakukan suatu perjalanan
tentunya kita tidak bisa mempersiapkan sembarangan bekal, tidak teliti dalam
melihat peta dan mempelajari medan jalan yang akan kita tempuh ketika kita
menginginkan hasil yang memuaskan untuk mencapai tujuan perjalanan kita. Di sinilah
aturan aturan-aturan tertentu akan berlaku untuk mencapai tujuan tersebut.
Tatkala memanjatkan doa kita sering meminta kepada
Allah SWT agar kita diberikan petunjuk yang benar, diarahkan ke jalan yang
lurus dalam menjalani kehidupan ini, agar kelak kita bisa selamat di kehidupan
dunia dan akhirat, bahkan setiap kita shalat kita diwajibkan untuk membaca
Al-Fatihah, yang di dalamnya terkandung doa seperti demikian
“Tunjukilah
kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah anugerahkan nikmat
kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat” (QS. Al Fatihah:6-7)
Barangkali ada diantara kita, saking khusuknya saat
berdoa atau sedang melaksanakan shalatm maka kita tidak jarang diantara kita
yang menangis dengan terseduh-seduh, dada terasa begitu sesak disaat kita
membayangkan kesalahan dan dosa-dosa yang telah kita lakukan di masa lalu,
kehidupan yang kita jalani terasa begitu gelap, kita begitu berharap
mendapatkan rahmat dan belas kasihan serta ampunan dari-Nya. Namun, saat permohonan
itu telah kita panjatkan, ketika kita telah diberikan kemudahan untuk melihat
jalan lurus yang kita minta, tidak sedikit diantara kita malah menolaknya,
memilih jalan yang bertentangan bahkan ada yang sampai menghardik
petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh-Nya.
“demi masa. Sesungguhnya
manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan sehat menasehati supata menaati kebenaran dan
menasehati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al Ashr:1-3)
Sumber: Karena Anda Adalah Generasi Emas, oleh Anggara Nopria Densi
0 comments:
Posting Komentar