JAMINAN REZEKI

*๐Ÿ“š JAMINAN REZEKI...*

✍Setiap orang beriman harus yakin bahwa Allah telah menjamin rezekinya. Allah berfirman:

(ูˆَู…َุง ู…ِู†ْ ุฏَุงุจَّุฉٍ ูِูŠ ุงู„ْุฃَุฑْุถِ ุฅِู„َّุง ุนَู„َู‰ ุงู„ู„َّู‡ِ ุฑِุฒْู‚ُู‡َุง ูˆَูŠَุนْู„َู…ُ ู…ُุณْุชَู‚َุฑَّู‡َุง ูˆَู…ُุณْุชَูˆْุฏَุนَู‡َุง ۚ ูƒُู„ٌّ ูِูŠ ูƒِุชَุงุจٍ ู…ُุจِูŠู†ٍ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).”(Hud: 6)

Dan mencari rezeki yang halal adalah kewajiban setiap mukmin. Oleh sebab itu, Islam mengajarkan umatnya supaya banyak bersabar dan jangan mudah berputus asa dalam mencarinya, tetapi hendaklah berusaha bersungguh-sungguh, berdoa dan bertawakkal kepada Allah.
Ini karena rahmat Allah sangat luas dan Dia tidak akan menyia-nyiakan doa dan usaha hamba-Nya.

Jaminan rezeki dari Allah pada mahkluk-Nya adalah jaminan yang pasti lagi benar untuk menunjukkan betapa Maha Kaya Allah yang memiliki segala sifat kebesaran-Nya.

Firman Allah:

ูˆَู„ِู„َّู‡ِ ู…َุง ูِูŠ ุงู„ุณَّู…َุงูˆَุงุชِ ูˆَู…َุง ูِูŠ ุงู„ْุฃَุฑْุถِ ۚ ูˆَุฅِู„َู‰ ุงู„ู„َّู‡ِ ุชُุฑْุฌَุนُ ุงู„ْุฃُู…ُูˆุฑُ
“Dan kepunyaan Allah kepemilikan segala yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan.” (Ali Imran: 109).

Walaupun ada jaminan rezeki, tetapi tidak menjadikan seorang mukmin malas dan bersantai menunggu datangnya rezeki.
Dia harus semangat dan bekerja keras untuk mendapatkan dan memenuhi kebutuhannya.

Rasulullah ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… bersabda,

ุฅِู†َّ ุฃَุทْูŠَุจَ ู…َุง ุฃَูƒَู„َ ุงู„ุฑَّุฌُู„ُ ู…ِู†ْ ูƒَุณْุจِู‡ِ
“Sungguh sebaik-baik rizki yang dimakan oleh seorang laki-laki adalah dari usahanya sendiri (yang halal)” (HR an-Nasa-i, 4452, Abu Dawud, 3528, at-Tirmidzi, 1358 dishohihkan Al-Albany)

Bagaimana jika Allah menahan rezeki kepada seseorang?

ุฃَู…َّู†ْ ู‡َٰุฐَุง ุงู„َّุฐِูŠ ูŠَุฑْุฒُู‚ُูƒُู…ْ ุฅِู†ْ ุฃَู…ْุณَูƒَ ุฑِุฒْู‚َู‡ُ ۚ
“Siapakah yang dapat memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezeki.” (Al-Mulk: 21).

Maka tidak ada lagi yang bisa memberinya.
Walaupun demikian dia tetap harus bersabar.
Karena terkadang mereka sedang diuji, dan Allah menginginkan kebaikan kepada mereka dengan ujiannya itu.
Sebagaimana firmannya dalam surat Al-Baqoroh,

155. ูˆَู„َู†َุจْู„ُูˆَู†َّูƒُู…ْ ุจِุดَูŠْุกٍ ู…ِู†َ ุงู„ْุฎَูˆْูِ ูˆَุงู„ْุฌُูˆุนِ ูˆَู†َู‚ْุตٍ ู…ِู†َ ุงู„ุฃู…ْูˆَุงู„ِ ูˆَุงู„ุฃู†ْูُุณِ ูˆَุงู„ุซَّู…َุฑَุงุชِ ูˆَุจَุดِّุฑِ ุงู„ุตَّุงุจِุฑِูŠู†َ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,

156.ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุฅِุฐَุง ุฃَุตَุงุจَุชْู‡ُู…ْ ู…ُุตِูŠุจَุฉٌ ู‚َุงู„ُูˆุง ุฅِู†َّุง ู„ِู„َّู‡ِ ูˆَุฅِู†َّุง ุฅِู„َูŠْู‡ِ ุฑَุงุฌِุนُูˆู†َ   
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun"

157. ุฃُูˆู„َุฆِูƒَ ุนَู„َูŠْู‡ِู…ْ ุตَู„َูˆَุงุชٌ ู…ِู†ْ ุฑَุจِّู‡ِู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉٌ ูˆَุฃُูˆู„َุฆِูƒَ ู‡ُู…ُ ุงู„ْู…ُู‡ْุชَุฏُูˆู†َ
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Sehingga mereka selalu mensyukuri nikmat Allah kapanpun dan bagaimanapun.
Menjadikan mereka semakin yakin, bahwa hanya Alloh yang dapat mendatangkan rezeki, dan hanya Alloh pula yang bisa menahannya.

ูˆَุงู„ู„َّู‡ُ ูŠَู‚ْุจِุถُ ูˆَูŠَุจْุณُุทُ ูˆَุฅِู„َูŠْู‡ِ ุชُุฑْุฌَุนُูˆู†َ
“Allah-lah yang menyempit dan yang meluaskan (pemberian rezeki) dan kepada kamu dikembalikan” (Al-Baqarah: 245).

Oleh karena itu menyandarkan rezki hanya kepada Allah.
Dan ketika mencarinya harus pula dengan jalan halal yang disyariatkannya.

Ada kisah menarik di zaman tabiut tabi’in ysng bisa menjadikan ibroh, bagaimana senangat mencari rezeki.
Seorang ulama besar bernama Abdullah bin al-Mubarak, seorang ulama ahli hadits sekaligus seorang pedagang yang berhasil. Beliau rahimahullah ditanya oleh Fudhail bin Iyadh, “Engkau selalu mengajari kami untuk zuhud terhadap dunia, tetapi aku lihat engkau sibuk berdagang di pasar-pasar.”
Abdullah bin al-Mubarak menjawab bahwa dia bersemangat berdagang karena ingin menanggung nafkah ulama-ulama ahli hadits, agar para ulama tersebut tetap fokus mengajar ilmu hadits dan tidak sibuk bekerja. Alasannya, kalau mereka sibuk bekerja, mereka tidak lagi

memiliki waktu yang cukup untuk mengajarkan hadits.” (Syar 'alamun Nubala, Imam adz-Dzahabi)

Semoga bermanfaat

✍๐Ÿผ Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc

══════ ๐ŸŒบ✿๐ŸŒบ ══════ 
Repost by : 
☘ *MUSLIMAH ISTIQOMAH* ☘group sharing Artikel Islami menarik via WhatsApp seputar Muslimah (  _akhwat_ )
☎ Admin : +62 812-6978-3348
(utk bergabung silahkan kirim pesan via WA dgn format: #Nama#Kota Domisili#No WA)

0 comments:

Posting Komentar