"Khawatir"
Khawatir memang sifat yang cenderung dimiliki setiap insan. Selama kita bernafas, sulit rasanya kita jauh dari rasa khawatir. Ntah itu khawatir hal yang memang pantas untuk dikhawatirkan. Ntah juga khawatir pada hal yang memang tak pantas untuk dikhawatirkan.
Banyak hal-hal yang membuat kita khawatir. Sampai terkadang membuat kita jadi kefikiran, ujung-ujungnya tidur tak nyenyak, mandi tak basah, makan tak habis (eh, pengalaman kali ya). Yang akhirnya juga dapat menggangu kesehatan diri baik secara lahir maupun batin, bukan?
Lalu, sebenarnya sikap "Khawatir" apakah merugikan atau menguntungkan? Perlukah kita memiliki sikap khawatir? Kemudian, bagaimana kita menyikapi sikap khawatir tersebut?
Khawatir, apa itu khawatir? Sejenis makanan ringan yang dapat dikonsumsi oleh busui (hmmm, mulai ngaco deh)
Khawatir adalah sikap kecemasan yang lebay (eh, aduh). Maksudnya adalah, sikap kecemasan atau panik yang berlebihan terhadap suatu situasi.
Pertanyaannya, bolehkah kita khawatir?
Tentu kita pernah dalam fase khawatir ya. Baik khawatir pada hal yang pantas untuk dikhawatirkan maupun khawatir pada hal yang tak pantas untuk dikhawatirkan.
Khawatir pada hal yang memang pantas untuk kita khawatirkan. Contohnya, amal ibadah. Syurga yang belum jelas, sangat pantas untuk kita khawatirkan. Untuk mencapai syurga, tentu kita harus memperbanyak amal ibadah. Dan amal ibadah itu yang harus kita khawatirkan. Apakah amal ibadah kita sudah cukup atau belum untuk mencapai syurga. Rasulullah, manusia yang sudah dijamin syurga. Masih beramal ibadah sampe bengkak2 karna sujud. Kita yang belum dijamin syurga, hisab masih menegangkan. Kenapa tidak khawatir??
Kemudian, khawatir pada hal yang tak pantas untuk dikhawatirkan. Contohnya, jodoh (eh, gak papa deh). Kenapa? Karena jodoh sudah ditentukan oleh Allah. Mau kamu pertahankan sampe kamu nangis darah (wahh), kalau bukan jodohmu pasti dia bakalan ninggalin kamu. Mau kamu kejar2 sampe ujung dunia (lebay ya) juga kalau bukan jodohmu gak akan bersatu. Mau kamu pacaran atau enggak, ya jodohmu itu juga. Yang membuatnya berbeda dari pacaran dan enggak pacaran adalah nilai keberkahannya. Nikmatnya itu berbeda, dan tentu kebahagiaannya juga berbeda (macem udah pengalaman).
Jadi pahamlah ya, mana hal2 yang pantas untuk dikhawatirkan dan mana hal2 yang tak pantas untuk dikhawatirkan. Jangan salah lagi, terkadang kita sibuk mengkhawatirkan dan terus memikirkan hal yang sebenarnya ak pantas, hal yang sebenarnya sudah di tetapkan oleh Allah. Hal yang belum jelas bentuk dan rupanya malah kita santay dan tak ada kekhawatiran disana.
Alhamdulillahirobbil alamiin...
Jangan lupa bersyukur untuk hari ini. Kita masih diberi Allah kesempatan untuk memperbaiki diri.
Karna yang bertanggung jawab atas diri kita adalah diri kita sendiri. Yang bertanggung jawab membuat diri kita bahagia adalah diri kita sendiri.
Perbaiki apa yang bisa diperbaiki. Segala kesalahan di masa lalu cukup di sekali dan senantiasa istighfar pada ilahi, bukan untuk diratapi lalu tetap diam tanpa tindakan merubah diri.
Ambil yang baik, perbaiki yang buruk.
Segala bentuk nasihat, senantiasa untuk menasihati diri.
0 comments:
Posting Komentar