AKIDAH AHLUSSUNNAH - ALLAH BERSEMAYAM DI ATAS ARSY

πŸ’ *SERI AQIDAH AHLUSSUNNAH*

🌈🌈πŸ’₯🌈🌈
*ALLAH TA'ALA BERSEMAYAM DI ATAS 'ARSY*

πŸ”˜ *“Dimanakah Allah?”* maka jawaban yang benar adalah *Allah bersemayam di atas Arsy, dan Arsy berada di atas langit.*

πŸ”˜ Hal ini sebagaimana diyakini oleh *Imam Asy Syafi’I*, ia berkata: “Berbicara tentang sunnah yang menjadi pegangan saya, murid-murid saya, dan para ahli hadits yang saya lihat dan yang saya ambil ilmunya, seperti Sufyan, Malik, dan yang lain, adalah iqrar seraya bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq selain Allah, dan bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah, *serta bersaksi bahwa Allah itu di atas ‘Arsy di langit, dan dekat dengan makhluk-Nya”* (Kitab I’tiqad Al Imamil Arba’ah, Bab 4).

πŸ”˜ Demikian juga diyakini oleh para imam mazhab, yaitu *Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) dan Imam Ahmad Ibnu Hambal (Imam Hambali)*, tentang hal ini silahkan merujuk pada kitab I’tiqad Al Imamil Arba’ah karya Muhammad bin Abdirrahman Al Khumais.

πŸ”˜ Keyakinan para imam tersebut tentunya bukan tanpa dalil, bahkan pernyataan *bahwa Allah berada di langit didasari oleh dalil Al Qur’an, hadits, akal, fitrah dan ‘ijma.*

πŸ’₯ *1. Dalil Al Qur’an*

πŸ“– Allah Ta’ala dalam Al Qur’anul Karim banyak sekali mensifati diri-Nya berada di atas Arsy yaitu di atas langit. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

*“Allah Yang Maha Pemurah bersemayam di atas Arsy”* (QS. Thaha: 5)

πŸ“£ Ayat ini jelas dan tegas menerangkan bahwa Allah bersemayam di atas Arsy. Allah Ta’ala juga berfirman yang artinya:

*“Apakah kamu merasa aman terhadap Dzat yang di langit (yaitu Allah) kalau Dia hendak menjungkir-balikkan bumi beserta kamu sekalian sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang”* (QS. Al Mulk: 16)

πŸ“– Juga ayat lain yang artinya:

*“Malaikat-malaikat dan Jibril naik kepada Rabb-Nya dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun” (QS. Al-Ma’arij: 4).* Ayat pun ini menunjukkan ketinggian Allah.

πŸ’₯ *2. Dalil hadits*

πŸ“£ Dalam hadits Mu’awiyah bin Hakam, bahwa ia berniat membebaskan seorang budak wanita sebagai kafarah. Lalu ia bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menguji budak wanita tersebut. Beliau bertanya: *“Dimanakah Allah?”,* maka ia menjawab: *“ Di atas langit”,* beliau bertanya lagi: *“Siapa aku?”*, maka ia menjawab: *“Anda utusan Allah”*. Lalu beliau bersabda: *“Bebaskanlah ia karena ia seorang yang beriman”* (HR. Muslim).

πŸ“£ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda yang artinya:

*“Setelah selesai menciptakan makhluk-Nya, di atas Arsy Allah menulis, ‘Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murka-Ku’ ”* (HR. Bukhari-Muslim)

πŸ’₯ *3. Dalil akal*

πŸ’¬ Syaikh Muhammad Al Utsaimin berkata: “Akal seorang muslim yang jernih akan mengakui bahwa Allah memiliki sifat sempurna dan maha suci dari segala kekurangan. Dan ‘Uluw (Maha Tinggi) adalah sifat sempurna dari Suflun (rendah). Maka jelaslah bahwa Allah pasti memiliki sifat sempurna tersebut yaitu sifat ‘Uluw (Maha Tinggi)”. (Qowaaidul Mutslaa, Bab Syubuhaat Wa Jawaabu ‘anha)

πŸ’₯ *4. Dalil fitrah*

πŸ’¬ Perhatikanlah orang yang berdoa, atau orang yang berada dalam ketakutan, kemana ia akan menengadahkan tangannya untuk berdoa dan memohon pertolongan? *Bahkan seseorang yang tidak belajar agama pun, karena fitrohnya, akan menengadahkan tangan dan pandangan ke atas langit untuk memohon kepada Allah Ta’ala, bukan ke kiri, ke kanan, ke bawah atau yang lain*.

πŸ“‹ Namun perlu digaris bawahi bahwa pemahaman yang benar adalah *meyakini bahwa Allah bersemayam di atas Arsy tanpa mendeskripsikan cara Allah bersemayam*. Tidak boleh kita membayangkan Allah bersemayam di atas Arsy dengan duduk bersila atau dengan bersandar atau semacamnya. Karena Allah tidak serupa dengan makhluknya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

*“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah”* (QS. Asy Syura: 11)

πŸ”˜ Maka kewajiban kita adalah meyakini bahwa Allah berada di atas Arsy yang berada di atas langit sesuai yang dijelaskan Qur’an dan Sunnah tanpa mendeskripsikan atau mempertanyakan kaifiyah (tata cara) –nya.

πŸ’¬ Imam Malik pernah ditanya dalam majelisnya tentang bagaimana caranya Allah bersemayam? Maka beliau menjawab: *“Bagaimana caranya itu tidak pernah disebutkan (dalam Qur’an dan Sunnah), sedangkan istawa (bersemayam) itu sudah jelas maknanya, menanyakan tentang bagaimananya adalah bid’ah, dan saya memandang kamu (penanya) sebagai orang yang menyimpang, kemudian memerintahkan si penanya keluar dari majelis”*. (Dinukil dari terjemah Aqidah Salaf Ashabil Hadits).

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
✍ Ustadz Yulian Purnama
πŸ“‘ www.muslim.or.id

πŸ“’ *Published By:*
🌐 Group BIS & BMS - Dakwah Untuk Umat πŸ’
══════ 🌺✿🌺 ══════
Repost by :  
☘ *MUSLIMAH ISTIQOMAH* ☘group sharing Artikel Islami menarik via WhatsApp seputar Muslimah ~( _akhwat_ )~
☎ Admin : +62 856-6404-2745
(utk bergabung silahkan kirim pesan via WA dgn format: #Nama#Kota Domisili#No WA)​​‎​

0 comments:

Posting Komentar