*Ukhti, Ramadhan kali ini Masih Sendiri?*
(Inilah hadiah dahsyat dari Allah Untukmu yang Lupa Kamu Sadari)
Jumat pagi kemarin setelah ngeteh bareng, Ibu saya tiba-tiba ngomong, “Kemarin Ibu ke rumah tetangga sebelah, dan ibu-ibu itu menanyakan sesuatu, “ Mohon maaf ya Bu, tapi ibu jangan marah apalagi tersinggung, saya hanya menyampaikan pertanyaan partisipasi ibu-ibu dan kerabat ketika hajatan kemarin, “Kapan anak Ibu akan menikah?
Ibu terdiam. Beliau hanya menjawab, “Insya Allah..semoga segera.”
Ibu menimpal balik bahasanya kepada saya “Mungkin Ibu itu nggak tahu rasanya punya anak perempuan yang belum menikah”
.
Saya hanya berlalu pergi ke kamar. Saya bisa bayangkan bagaimana gelisahnya hati seorang ibu melihat anak gadisnya belum menikah. Pun, pertanyaan dari ibu-ibu itu bukanlah pertanyaan santai. Orang-orang sekitar, tetangga, ataupun kerabat saya tidak pernah ada yang berani mengguyoni dengan pertanyaan kapan menikah. Mereka segan kepada saya. Hanya tante saya yang guru, sesekali menimpali ketika ada walimahan keluarga, “Nisa mah nikahnya gak mungkin sembarangan”
.
Qoute yang kawan saya kirimkan, “Jodoh belum terlihat, dipastikan Ramadhan ini masih sendirian”
Beberapa bulan terakhir ini saya merasa jodoh saya terasa dekat, sebentar lagi. Dan itupun dirasakan oleh teman, sahabat, dan orang di luar saya. Dan saya sering meraba-raba hati sendiri, “Akankah aku pergi jauh dari kampung halaman meninggalkan kawan-kawan seperjuanganku”
.
Saya merasakan detik demi detik energi keberpisahan, meskipun belum jelas kapan dan dengan siapa saya akan menikah. Ikhtiar-ikhtiar saya hanyalah proses kecil dalam menjemput nikah, skenario terbaik selalu ada di tintaNya.
.
Memandang Ibu saya yang bersedih, tidak mungkin saya menikah hanya karena ingin menghilangkan kesedihan.
.
Tidak mungkin pula menikah hanya karena ingin lepas dari kesendirian. Pernikahan itu tidak demikian.
Tidak mungkin pula menikah hanya ingin menyelamatkan ucapan tetangga, karena kemuliaan pernikahan tidak terletak di mulut orang lain.
.
Perlu diingat juga, pernikahan bukan untuk ajang senang-senang, jika itu jadi harapan, kita akan putus asa ketika menghadapi badai pernikahan.
.
Salah pilih pasangan= DP Neraka, begitu yang ustadz ajarkan. Tentu saja pasangan adalah pilihan kita secara sadar. Pelajari pemahaman ilmu, dan pilih pasangan agar romansa neraka tidak membakar bahtera rumah tangga.
.
Saya tidak pernah muluk ingin si dia tampan tajir takwa dan terkenal. Saya ingin dia yang berakhlak agama baik, dan punya visi-misi yang jelas dalam pernikahan. Buat apa? Pasangan yang berlayar dan punya tujuan, jikapun ada angin dan ombak, mereka akan tahu dan menyadari tujuan menikah untuk apa.
.
Lalu apa hadiah dahsyat seorang muslimah yang masih sendirian di bulan Ramadhan?
Saya memiliki aset surga bernama Ibu. Saya harus melewati banyak hari-hari bersama Ibu.
.
Awal mulanya begini, “Bu, ijin gak Ramadhan di rumah selama 1 bulan full. Ada amanah yang harus saya selesaikan tahun ini”
.
Ibu saya seakan merasakan anaknya akan pergi jauh, “Jangan. Ibu ijinkan kamu punya kesibukan. Pergi pagi, pulang sore. Asal buka puasa dan sahur kita masih bisa sama-sama. Bisa jadi ini Ramadhan terakhir”
.
Saya merasakan kesedihan itu di hati Ibu. Saya juga merasa Ibu memperlakukan saya lebih berbeda dari biasanya.
Ibu yang mengetahui saya belajar puasa Daud sejak awal tahun, menjadi ibu siaga di hari-hari puasa saya. Meskipun malam saya sudah tertidur, Ibu akan datang ke kamar saya, “Besok puasa nggak, mau dibangunkan jam berapa? Jam 4 aja ya”
Saya dalam keadaan setengah tidur, saya iyakan permintaan Ibu.
Jika dalam keadaan tidak lelah, saya punya kebiasaan tidur terjaga, ada bunyi-bunyian atau apapun, maka mudah bagi saya tahu aktivitas orang lain. Ini dimanfaatkan sahabat saya ketika di asrama, saat dia mau ke kamar mandi tengah malam, buat nemenin dia, sebab saya mudah dibangunkan.
.
Dan itu saya rasakan, Ibu sering menjenguk kamar saya malam-malam ketika sedang tidur. Saya tahu dia memandang lama wajah saya dari depan pintu. Kemudian berbalik ke kamarnya.
Perihal sahur buat puasa Daud. Saya yang dewasa ini sebenarnya tidak perlu menjadi anak kecil yang dibangunkan. Jam 2.30 tubuh saya punya alarm sendiri untuk bangun di malam hari. Tapi, untuk Ibu, saya berpura-pura tidur. Saya tunggu derap langkah kakinya menuju kamar. Saya biarkan dia menggoyang-goyang tubuh saya sampai terbangun.
.
Saya adalah calon isteri dan Ibu. Ketika saya menikah nanti, saya tidak punya banyak posisi lagi sebagai anak. Saya berusaha menikmati kebersamaan bersama Ibu dan keluarga. Sering airmata mengalir sendiri ketika saya melantunkan ayat-ayat Al-Quran, atau malam-malam saya menangis mengingat pengorbanan Ibu.
Ibu yang paling perhatian ketika saya mau berbuka, Ibu akan memberi uang untuk pergi belanja makanan kesukaan.
Saya nikmati setiap episode amanah hari-hari bersama Ibu. Ramadhan kali ini, saya akan sesekali menjadi imam shalat buat Ibu saya. Sebelum surga saya berpindah tangan ke ridho suami. Ketika sudah bersuami, mertua saya adalah ibu kedua yang nomor satu saya hormati, karena suami saya punya tanggungjawab selamanya kepada Ibunya.
.
Ukhti, lalui Ramadhan ini dengan bakti terbaik bersama Ibu. Dapatkan doa ajaibnya. Nikmati apapun masakan yang ia hidangkan. Nikmati setiap kunyahan demi kunyahan tersebut. Sebelum kunyahan Ramadhan tahun depan kenjadi kunyahan rasa sakit bernama kerinduan.
.
Ukhti, jika Ibumu sudah tiada, curahkan malam-malam munajatmu untuk Ibu tercinta. Karena ketika menikah, munajatmu akan sudah berisi berbagai macam orang di dalamnya.
.
Ukhti, hadiahkan lirih ayat suci Al-Quran untuk cahaya rumah ibu bapakmu. Karena Ramadhan nanti, rumah itu bukan rumahmu lagi. Rumah itu akan merindukan nafas-nafas kasturi engkau melantunkan ayat-ayatNya berdampingan amin para malaikat.
.
Ukhti, perbanyak silaturahmi dengan saudari-saudarimu. Perbanyak kenangan indah bersama mereka. Muliakan mereka. Beri mereka menyadari kenikmatan hidup dan jatuh cinta bersama Allah.
.
Karena Ramadhan ini, Ramadhan untuk Ibu. Semua doa untuk ketenangan hati Ibu.
.
Pegang erat episode Ramadhan bersama Ibu.
Ibumu...Ibumu...Ibumu...lalu Ayahmu.
.
Semoga engkau menyadari, hadiah dahsyat Ramadhan kali ini, masih ada di sisimu.
.
By: Zahratun Nisa
══════ 🌺✿🌺 ══════
Repost by :
☘ *MUSLIMAH ISTIQOMAH* ☘group sharing Artikel Islami menarik via WhatsApp seputar Muslimah ~( _akhwat_ )~
☎ Admin : +62 856-6404-2745
(utk bergabung silahkan kirim pesan via WA dgn format: #Nama#Kota Domisili#No WA)
(Inilah hadiah dahsyat dari Allah Untukmu yang Lupa Kamu Sadari)
Jumat pagi kemarin setelah ngeteh bareng, Ibu saya tiba-tiba ngomong, “Kemarin Ibu ke rumah tetangga sebelah, dan ibu-ibu itu menanyakan sesuatu, “ Mohon maaf ya Bu, tapi ibu jangan marah apalagi tersinggung, saya hanya menyampaikan pertanyaan partisipasi ibu-ibu dan kerabat ketika hajatan kemarin, “Kapan anak Ibu akan menikah?
Ibu terdiam. Beliau hanya menjawab, “Insya Allah..semoga segera.”
Ibu menimpal balik bahasanya kepada saya “Mungkin Ibu itu nggak tahu rasanya punya anak perempuan yang belum menikah”
.
Saya hanya berlalu pergi ke kamar. Saya bisa bayangkan bagaimana gelisahnya hati seorang ibu melihat anak gadisnya belum menikah. Pun, pertanyaan dari ibu-ibu itu bukanlah pertanyaan santai. Orang-orang sekitar, tetangga, ataupun kerabat saya tidak pernah ada yang berani mengguyoni dengan pertanyaan kapan menikah. Mereka segan kepada saya. Hanya tante saya yang guru, sesekali menimpali ketika ada walimahan keluarga, “Nisa mah nikahnya gak mungkin sembarangan”
.
Qoute yang kawan saya kirimkan, “Jodoh belum terlihat, dipastikan Ramadhan ini masih sendirian”
Beberapa bulan terakhir ini saya merasa jodoh saya terasa dekat, sebentar lagi. Dan itupun dirasakan oleh teman, sahabat, dan orang di luar saya. Dan saya sering meraba-raba hati sendiri, “Akankah aku pergi jauh dari kampung halaman meninggalkan kawan-kawan seperjuanganku”
.
Saya merasakan detik demi detik energi keberpisahan, meskipun belum jelas kapan dan dengan siapa saya akan menikah. Ikhtiar-ikhtiar saya hanyalah proses kecil dalam menjemput nikah, skenario terbaik selalu ada di tintaNya.
.
Memandang Ibu saya yang bersedih, tidak mungkin saya menikah hanya karena ingin menghilangkan kesedihan.
.
Tidak mungkin pula menikah hanya karena ingin lepas dari kesendirian. Pernikahan itu tidak demikian.
Tidak mungkin pula menikah hanya ingin menyelamatkan ucapan tetangga, karena kemuliaan pernikahan tidak terletak di mulut orang lain.
.
Perlu diingat juga, pernikahan bukan untuk ajang senang-senang, jika itu jadi harapan, kita akan putus asa ketika menghadapi badai pernikahan.
.
Salah pilih pasangan= DP Neraka, begitu yang ustadz ajarkan. Tentu saja pasangan adalah pilihan kita secara sadar. Pelajari pemahaman ilmu, dan pilih pasangan agar romansa neraka tidak membakar bahtera rumah tangga.
.
Saya tidak pernah muluk ingin si dia tampan tajir takwa dan terkenal. Saya ingin dia yang berakhlak agama baik, dan punya visi-misi yang jelas dalam pernikahan. Buat apa? Pasangan yang berlayar dan punya tujuan, jikapun ada angin dan ombak, mereka akan tahu dan menyadari tujuan menikah untuk apa.
.
Lalu apa hadiah dahsyat seorang muslimah yang masih sendirian di bulan Ramadhan?
Saya memiliki aset surga bernama Ibu. Saya harus melewati banyak hari-hari bersama Ibu.
.
Awal mulanya begini, “Bu, ijin gak Ramadhan di rumah selama 1 bulan full. Ada amanah yang harus saya selesaikan tahun ini”
.
Ibu saya seakan merasakan anaknya akan pergi jauh, “Jangan. Ibu ijinkan kamu punya kesibukan. Pergi pagi, pulang sore. Asal buka puasa dan sahur kita masih bisa sama-sama. Bisa jadi ini Ramadhan terakhir”
.
Saya merasakan kesedihan itu di hati Ibu. Saya juga merasa Ibu memperlakukan saya lebih berbeda dari biasanya.
Ibu yang mengetahui saya belajar puasa Daud sejak awal tahun, menjadi ibu siaga di hari-hari puasa saya. Meskipun malam saya sudah tertidur, Ibu akan datang ke kamar saya, “Besok puasa nggak, mau dibangunkan jam berapa? Jam 4 aja ya”
Saya dalam keadaan setengah tidur, saya iyakan permintaan Ibu.
Jika dalam keadaan tidak lelah, saya punya kebiasaan tidur terjaga, ada bunyi-bunyian atau apapun, maka mudah bagi saya tahu aktivitas orang lain. Ini dimanfaatkan sahabat saya ketika di asrama, saat dia mau ke kamar mandi tengah malam, buat nemenin dia, sebab saya mudah dibangunkan.
.
Dan itu saya rasakan, Ibu sering menjenguk kamar saya malam-malam ketika sedang tidur. Saya tahu dia memandang lama wajah saya dari depan pintu. Kemudian berbalik ke kamarnya.
Perihal sahur buat puasa Daud. Saya yang dewasa ini sebenarnya tidak perlu menjadi anak kecil yang dibangunkan. Jam 2.30 tubuh saya punya alarm sendiri untuk bangun di malam hari. Tapi, untuk Ibu, saya berpura-pura tidur. Saya tunggu derap langkah kakinya menuju kamar. Saya biarkan dia menggoyang-goyang tubuh saya sampai terbangun.
.
Saya adalah calon isteri dan Ibu. Ketika saya menikah nanti, saya tidak punya banyak posisi lagi sebagai anak. Saya berusaha menikmati kebersamaan bersama Ibu dan keluarga. Sering airmata mengalir sendiri ketika saya melantunkan ayat-ayat Al-Quran, atau malam-malam saya menangis mengingat pengorbanan Ibu.
Ibu yang paling perhatian ketika saya mau berbuka, Ibu akan memberi uang untuk pergi belanja makanan kesukaan.
Saya nikmati setiap episode amanah hari-hari bersama Ibu. Ramadhan kali ini, saya akan sesekali menjadi imam shalat buat Ibu saya. Sebelum surga saya berpindah tangan ke ridho suami. Ketika sudah bersuami, mertua saya adalah ibu kedua yang nomor satu saya hormati, karena suami saya punya tanggungjawab selamanya kepada Ibunya.
.
Ukhti, lalui Ramadhan ini dengan bakti terbaik bersama Ibu. Dapatkan doa ajaibnya. Nikmati apapun masakan yang ia hidangkan. Nikmati setiap kunyahan demi kunyahan tersebut. Sebelum kunyahan Ramadhan tahun depan kenjadi kunyahan rasa sakit bernama kerinduan.
.
Ukhti, jika Ibumu sudah tiada, curahkan malam-malam munajatmu untuk Ibu tercinta. Karena ketika menikah, munajatmu akan sudah berisi berbagai macam orang di dalamnya.
.
Ukhti, hadiahkan lirih ayat suci Al-Quran untuk cahaya rumah ibu bapakmu. Karena Ramadhan nanti, rumah itu bukan rumahmu lagi. Rumah itu akan merindukan nafas-nafas kasturi engkau melantunkan ayat-ayatNya berdampingan amin para malaikat.
.
Ukhti, perbanyak silaturahmi dengan saudari-saudarimu. Perbanyak kenangan indah bersama mereka. Muliakan mereka. Beri mereka menyadari kenikmatan hidup dan jatuh cinta bersama Allah.
.
Karena Ramadhan ini, Ramadhan untuk Ibu. Semua doa untuk ketenangan hati Ibu.
.
Pegang erat episode Ramadhan bersama Ibu.
Ibumu...Ibumu...Ibumu...lalu Ayahmu.
.
Semoga engkau menyadari, hadiah dahsyat Ramadhan kali ini, masih ada di sisimu.
.
By: Zahratun Nisa
══════ 🌺✿🌺 ══════
Repost by :
☘ *MUSLIMAH ISTIQOMAH* ☘group sharing Artikel Islami menarik via WhatsApp seputar Muslimah ~( _akhwat_ )~
☎ Admin : +62 856-6404-2745
(utk bergabung silahkan kirim pesan via WA dgn format: #Nama#Kota Domisili#No WA)
0 comments:
Posting Komentar